Artikel ini akan memberikan sejarah mengenai perang Ambarawa pasca kemerdekaan yang ditandai dengan kedatangan NICA untuk merebut Indonesia. Ketika Indonesia merdeka, sekutu berhasil menang atas lawannya yaitu Jepang, Italia dan Jerman. Sebagai pemenang perang sekutu, yang di dalamnya terdapat Belanda berhak atas jajahannya kembali yaitu Indonesia. Tetapi ketika mencoba kembali merebut tanahnya, Indonesia sudah menyatakan merdeka.
Kronologi
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, malahan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu bermufakat tak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Melainkan, saat pasukan Sekutu dan NICA sudah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan hal yang demikian malahan dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata muncul di kota Magelang, sampai terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu berperilaku sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membikin kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas perbuatan hal yang demikian dengan mengepung tentara Sekutu dari seluruh penjuru.
Melainkan mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara membisu-membisu meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Pengaruh momen hal yang demikian, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa hal yang demikian, melainkan dia gugur terpenting dulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan dia segera turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran.
Absensi Kol. Soedirman memberikan nafas baru terhadap pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh kian ketat. Siasat yang dipakai yakni serangan pendadakan serentak di seluruh sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Tanggal 23 November 1945 saat sang surya mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng.
Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
Pertempuran
Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pembukaan serangan diawali dari tembakan mitraliur terpenting dulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak senapan karabin. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu separuh jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dipegang oleh kesatuan-kesatuan TKR.
Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman segera memimpin pasukannya yang mengaplikasikan strategi gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Kemenangan pertempuran ini sekarang diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Posting Komentar untuk "Sejarah Palagan Ambarawa: Perang Ambarawa, Pasca Kekalahan Jepang"